Menyikapi Korelasi Agama Dan Budaya - MAJALAH LAPER (Laskar Pemuda Berpikir)
Headlines News :
Home » » Menyikapi Korelasi Agama Dan Budaya

Menyikapi Korelasi Agama Dan Budaya


Wawancara dengan Dr. Ali Nurdin MA

Untuk lebih mengenal esensi budaya dan agama, maka kunci utama agar lebih dulu mengenali posisi masing-masing. Agama itu diturunkan Tuhan untuk makhluknya, manusia khususnya. Kemudian diimplementasikan oleh manusia. Sedangkan budaya itu ekspresi yang dihasilkan dari karya cipta manusia. Jika digabungkan, itu artinya ekspresi-ekspresi agama merupakan bagian dari budaya. Misalkan membangun masjid adalah syariat. Namun bentuk masjidnya sendiri adalah budaya. Maka, itu harus diposisikan masing-masing. Secara luas memang dalam agama ada unsur budaya. Dan, ada beberapa pandangan sosiolog yang menganggap bahwa dalam agama terdapat bagian dari unsur budaya. Tetapi kalau Islam mungkin tidak seperti itu.
 Menurut Dr. Ali Nurdin, perkembangan agama bisa saja saling mengiringi dengan budaya. Karena, agama itu berkembang pada komunitas masyarakat yang memiliki budaya. Kemudian ada nilai-nilai agama yang dapat diadaptasi dengan budaya tersebut, saat masyarakat dapat menerima agama ke-dalam budaya mereka. Namun, tidak semua budaya itu bisa sinkron dengan agama. Seperti saat rasullulah membawa Islam, misi Islam sangat bertentangan dengan budaya Arab pada saat itu. Maka, problematika antar agama dan budaya harus dipilah-pilah.
Beliau juga menghimbau bahwa dalam agama ada yang berupa doktrin, atau keyakinan yang bernilai politis. Namun dalam Islam, hal seperti itu tidak ada. Maka, jika agama ingin dapat diterima  secara universal, maka agama harus memiliki nilai yang universal pula. Misalkan yang mendominasi dari nilai demikian pada aspek akhlak, atau perilaku sosial. Sehingga mampu menerapkan kejujuran, kasih sayang dan perdamaian. Ketiganya itu bisa dikategorikan sebagai bentuk nilai agama  yang bersifat univesal. Jadi, agama disamping memiliki dogma yang diyakini benar oleh pemeluknya masing-masing,  juga yang terpenting adalah pemeluknya harus menunjukkan perilaku yang baik. Maka hal itu yang dapat diterima.
Melakukan Revolusi atau Dalam Sistim Agama
Kedatangan agama biasanya cenderung mendongkrak kepercayaan masyarakat yang telah ada. Sebab, kepercayaan yang telah menjadi latar belakang mereka sangat jauh dari apa yang dimasksudkan dengan agama itu sendiri. Maka, untuk memperkembangkan agama agar dapat diterima oleh masyarakat luas, mau tidak mau mekanisme agama harus menggunakan jalan demokrasi diamana ada auturan-aturan yang dapat disepakati bersama, baik melalui politik, parlemen, atau pemilihan umum. Jadi, disana ada aturan-aturan yang disepakati.

Dosen dan yang menjabat sebagai purek II PTIQ ini juga menanggapi dengan adanya jargon agama yang menyuruh agar memelihara tradisi salaf yang relevan serta mengambil kemoderenan yang lebih relevan. Menurut beliau, statemen seperti itu merupakan bentuk ekspresi prisnsip yang sangat bagus. Karena dalam redaksi tersebut mengajarkan pada kita bahwa merubah nilai yang lama itu tidak selamanya baik. Artinya nilai-nilai lama yang baik, yang masih relevan, kontekstual untuk saat ini harus kita pertahankan. Namun, kita juga tidak saklek dengan nilai-nilai yang baru. Jadi gunanya basic itu mangajarkan kita agar transparansi dan egaliter untuk menyikapi kehadiran nilai baru. Jikapun ada, dan itu lebih baik daripada yang lama, maka harus kita ambil.
Share this article :
 
Support : Remaja Kreatif | Laper | Fak.Ushuluddin
Copyright © 2011. MAJALAH LAPER (Laskar Pemuda Berpikir) - All Rights Reserved
Design by Order Website Murah
Proudly powered by meva